Secara umum, memang byk yg mengira Siti Jenar ini membuat kesalahan
dengan langsung menerapkan hakikat tanpa syariat.
Yg beliau lakukan adalah ketika hendak menerapkan agama, dia
melihat seperti apa lingkungan yg dihadapi.
Perlukah penerapan syariat ditempat yg orang2 sekitar sudah
cukup baik dalam bersyariat?
Syariat yg dimaksudkan tidak dilihat dr perspektif perilaku jasmaniah
yg terpaku undang2 agama seperti sholat, zakat.
Tapi apakah praktek yg mereka lakukan? apakah sudah sesuai dengan
makna/roh dari sholat, zakat, puasa?
Bila ya, maka mereka sebenarnya telah berada pada level syariat.
telah menjalankan syariat. Meski tidak "plek" seperti syariat
yg diturunkan di tanah arab, yg notabene dipelajari oleh si Syekh ini.
Karena bagi Syekh, syariat bukan harga mati, melainkan sekedar anak
tangga yg akan dilalui ketika seseorang meningkat levelnya.
Kita lah yg selama ini melihat syariat berarti melakukan persis plek
seperti yg diperintahkan di tanah arab. Bila tidak persis, maka
salah, bila tidak menjalankan sholat 5 waktu, artinya bukan Islam.
Padahal cara sholat itu sendiri bermacam2, ada yg tasyahud jari nya
bergerak2, ada yg imam langsung baca alhamdulillah tanpa bismilaah,
berbagai mazhab ada semua disana.
Syariat adalah bagaimana badan ini tergugah untuk menyadari
siapa dia. Jasmani berpikir kenapa ada disini, dan mau apa.
Setelah berpikir & kesadaran diri mulai muncul, mulailah menjalani
yg disebut tarikat. Atau Menjalani laku/praktek yg diperlukan
agar jasmani dapat berkomunikasi dgn hati, connect.
Bila sudah connect,maka itulah saatnya mulai mengenal arti & makna
mulailah journey menuju pemahaman hakekat.
Pemahaman hakekat tidak lain adalah "Mengetahui" secara praktek,
hahekat dari suatu kebenaran.
Bukan percaya buta, bukan pokoknya ikuti & percayai. Tapi ketahuilah.
Dari tahu akan muncul yg namanya Yakin.
Bukan yakin yg berasal dari pokoknya percaya saja.
Itulah beda muslim dengan mukmin.
Itulah sebab tidak ada istilah mukmin itu ingkar, atau
dapat berubah keyakinannya karena 1 atau lain hal.
Karena mukmin sudah tahu sebab musababnya secara praktek.
Mukmin tidak lagi memiliki mazhab.
Benar, hakekat juga asalnya dari syariat,
tapi seperti anak SD belajar tambah2an,
ketika sehari2 sudah menerapkan perkalian,
apa mau dipaksa untuk terus menggunakan tambah2an?
Itulah yg terjadi ketika Sang Syekh melihat kondisi tanah jawa.
Beliau melihat bahwa hasil sinkretisme budaya pribumi dgn Hindu &
Budha telah dengan cepat membentuk masyarakat yg berbudi luhur,
sehingga level hakekat dapat dengan cepat dicapai. Contohnya?
QS16:126. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang
lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Bg masyarakat yg mengenal hukum karma, secara praktek mereka mengerti
ayat ini.
Kini, apa yg terjadi bila cara wali songo diteruskan saat ini?
Sangat sedikit manusia yg mencapai level hakekat,
yg ada, sholatnya rajin, korupsi jalan terus, tetangga kelaparan
biarin aja, gotong royong? emang saya dibayar berapa?
Semua adalah level syariat yg tidak pernah mencapai hakekat perbuatan.
Bahkan berebut, krn tidak jelas siapa yg mencapai hakekat.
Malah yg sudah mencapai cukup sombong untuk mengatakan orang lain,
kamu belum bisa.
Sebenarnya wali songo bs bekerja sama dgn Siti Jenar, yaitu
cukup menseleksi siapa2 yg memang sudah mampu menjalani hakekat.
Tidak perlu berebut persoalan kurikulum. Tapi yah, jgn kan masa lalu,
saat ini aja Jaksa Agung berantem sama DPR untuk soal sepele.
Lalu bagaimana dgn Rasul yg masih terus melakukan syariat? Apa iya?
Sampai kaki bengkak2? Apakah krn sholat tahajud?
Silahkan bandingkan sholat tahajud 100 rakaat dengan
duduk bersila melakukan meditasi seperti rasul lakukan di gua hiro,
manakah yg membuat kaki bengkak? Sholat itu melancarkan peredaran
darah, tidak akan membuat kaki bengkak. kecuali rasul mengidap
diabetes.
Rasul jg dimata umat mesti melakukan perhitungan cara tambah2an,
meski tahu cara perkalian..karena agama baru turun, dan masih sedikit
yg mencapai level hakekat.Masak yg mengajarkan malah tidak melakukan.
Bagaimana dgn yg sudah mencapai level hakekat semisal para sahabatnya?
Ya beliau memberikan private lesson yg tidak semua orang boleh tahu.
Itu sebab, bermunculan ajaran2 yg asalnya dari Ali, Abu Bakar, dll.
Tapi inti ajaran cuma satu.
Ada Tuhan dalam diri; maka, semua manusia adalah sederajat.
Ya nabi Isa berkata demikian,
Ya Siti Jenar (yg sudah dapat level Syekh) berkata demikian,
Ya Muhammad pun berkata demikian: Ana Ahmad bi la mim. (ahad).
Orang2 bijak sejak dulu berkata:
Kenalilah dirimu, maka akan kamu kenali Tuhanmu.
Very nice..My funny special for u..don’t forget to laugh ya Check Here
BalasPadamawal agama mengenal Allah,
BalasPadamKalau sudah kenal Allah, Kapan tarikh beragamanya Ya??
posting yg baik....
BalasPadam