Jumaat, 2 Julai 2010

JANGAN SOMBONG KAMU GAJAHHHH!!!!

Seorang Syekh (Mursyid Thariqat) berceramah di depan para ulama dalam sebuah acara. Ceramah Beliau berisi tentang kehebatan Al Qur’an ditinjau dari segi ilmu metafisika eksakta. Diantara yang hadir termasuk salah seorang yang sudah banyak sekali mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan Islam, mulai dari sejarah sampai kepada hokum-hukum Islam dan ayat-ayat Al-Qur’an sudah hapal diluar kepala juga telah membaca ratusan kitab-kitab klasik dan merasa dirinya sudah banyak tahu tentang agama dan menganggap ceramah Syekh itu masih sangat rendah dibandingkan dengan ilmu yang dipelajarinya. Dalam hati orang yang sombong tadi berkata, “Kalau begini ceramahnya, aku sudah banyak tahu, lebih baik Syekh itu turun aja dari mimbar”.

Seorang Syekh (Muryid) diberi kerunia oleh Allah SWT untuk mengetahui isi hati orang lain dikarenakan hatinya telah bersih sehingga mampu menangkap sinyal atau gelombang apa saja yang datang termasuk gelombang kesombongan yang dipancarkan dari hati ulama itu. Tiba-tiba Tuan Syekh berkata, “Sekarang aku mau cerita tentang gajah. Ada seoekor gajah yang besar badannya. Suatu hari ada orang yang mau memberikan minum kepada sekawanan gajah termasuk gajah yang besar tadi dengan memakai selang air sebesar kelingking. Sang gajah protes, Bagaimana mungkin kami bisa cukup minum dari selang yang kecil ini, untuk saya sendiri saja tidak cukup”. Tuan Syekh tadi diam setelah ceritanya sampai kepada gajah besar yang protes, tiba-tiba Beliau berkata sambil menunjuk ulama yang sombong tadi, “Jangan kau sombong gajah, selang ini memang hanya sebesar kelingking, akan tetapi selang ini tersambung langsung dengan lautan yang sangat luas, seribu gajah sepertimu tidak akan sanggup menghabiskan air ini”. Orang yang di tunjuk tadi merasa tersindir dan malu, kemudian menyadari bahwa apa yang terlintas dalam hatinya diketahui oleh Syekh, dan setelah acara ceramah ulama tadi mendatangi Tuan syekh dan menyatakan diri ingin berguru. “Pandangan mata batin tuan tajam sekali, saya mohon maaf atas kesombongan saya dan mohon sudi kiranya tuan menerima saya menjadi murid”.

Seorang Guru Mursyid kadangkala secara zahir nya sama seperti manusia lain tidak terkecuali bentuk ceramahnya, akan tetapi setiap yang diucapkannya memgandung Nur Ilahi yang tersambung langsung kehadirat Allah SWT lewat “selang-Nya” sehingga apapun yang diucapkan oleh Guru Mursyid merupakan ucapan Allah SWT.

Bagi pengamal thariqat, tidak terkecuali saya sendiri, seringkali mengalami hal-hal yang ajaib saat bersama Guru Mursyid. Bimbingan yang diberikan oleh Guru Mursyid berbeda sekali dengan bimbingan yang diberikan oleh Guru pada tataran syariat. Seorang Mursyid sangat mengetahui isi hati dari muridnya, sehingga walaupun jumlah muridnya ribuan bahkan jutaan pelajaran yang diberikan tidak sama.

Seringkali Mursyid berceramah dan didengar lebih seratus orang, nanti ke-seratus orang itu akan mengambil kesimpulan yang berbeda. Seorang Guru Mursyid yang kamil mukamil bahkan membimbing dan menuntun muridnya secara 24 jam, zahir dan batin dan tidak mengenal tempat karena sesungguhnya rohani dari Guru Mursyid itu telah larut kedalam zat dan fi’il Allah sehingga seluruh gerakannya adalah gerakan Tuhan semata.

Seringlah kita ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas karunia yang tidak terhingga yang telah memperkenalkan seorang kekasih-Nya kepada kita dan lewat kekasih-Nya itu pula terbuka dengan lebar sebuah pintu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT.

Al-Qur’an memberikan gambaran yang sangat lengkap tentang Para Guru Mursyid sebagai orang-orang yang diberi izin oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke jalan-Nya.

“Dan kami jadikan mereka ikutan untuk menunjuki manusia dari perintah kami dengan sabar serta yakin dengan keterangan Kami” (Surat Asajadah, ayat 24 juz 21).

“Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutlah Dia dengan petunjuk itu” (Surat An Am ayat 10 juz 7)

“Barangsiapa yang berjanji teguh dengan engkau (Dia) sebenarnya mereka telah berjanji teguh dengan Allah, tangan Allah diatas tangan mereka” (Surat Al Fathu ayat 10 juz 26).

Guru Mursyid membimbing murid-muridnya tanpa pamrih dan bukan semata-mata mengharapkan harta, beliau membimbingnya dengan ikhlas tidak peduli siapapun kita, dari mana kita berasal, anak siapa kita tetap akan dibimbing oleh Beliau dengan kasih sayang dan penuh keikhlasan. Ini digambarkan dalam al-Qur’an :

“Ikutilah orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar” (Surat Yasin ayat 21 juz 23)

Semoga kita semua diberi karunia oleh Allah SWT untuk menerima Nur Ilahi sebagai sumber kebenaran hakiki lewat dada seorang Kekasih Allah yang akan membimbing kita dari dunia sampai akhirat, Amien ya Rabbal ‘Alamin

Tiada ulasan:

Catat Ulasan